About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, Mei 02, 2013

Bunga Bibir dan Buah Bibir



Hiiiyaaahhh… akhirnya UN beres!!! =D =D =D
Selesai sudah ketegangan dan kecemasan… Haha!
Ujian yang ditunggu-tunggu, akhirya keluar juga! Setelah beberapa bulan puasa nge-blog (siapa juga yg nyuruh >.<), dan puasa baca novel (aduh menderita sekali rasanya!) Ternyata soal-soalnya cuma gitu-gitu doang (yah, bukan berarti kegampangan buat saya! =D). Ya emang cuma gitu-gitu doang sih sebenernya. Soal-soalnya dari tahun ke tahun sama aja. Bahkan beberapa soal murni co-pas dari tahun-tahun sebelumnya, jadinya kita udah tahu jawabannya cuma dengan baca soalnya sekilas. Pemerintah kan pasti pengen kita semua lulus dan sukses, jadi ya soalnya pasti gak akan susah lah. Menurut kabar sih tingkat kesulitan soalnya 30% mudah, 40% sedang, 30% susah. Soal-soalnya juga semua sesuai SKL. Gak ada yang ngelantur. Jadi, gak perlu cemas gak akan lulus sebenarnya. Masa aja kita gak bisa ngerjain soal-soal yang udah kita pelajari lebih dari dua tahun, sejak kelas X lho!

Meskipun gak semua teman-teman kita melaksanakan UN dengan lancar, khususnya di beberapa provinsi di Indonesia Tengah, tapi mudah-mudahan lulus dan sukses semua. Selama sebelum UN sampai sekarang saya berdo’a semoga semua peserta UN tahun ini lulus semua, tapi saya gak ngira kalo semuanya bakal diluluskan karena UN tahun ini ‘gagal.’ Saya gak nyangka kalo kita bakal diluluskan dengan cara seperti ini (#facecalm). Dan UN tahun ini dianggap tidak ada saja. Tapi kalo memang ini jalan yang terbaik, ya sudah lah terima aja. Yah, kalo misalnya tahun depan masih bakal ada UN lagi, semoga jauh lebih baik dari tahun sekarang. Semoga sukses (aamiin).

Dan sekarang, kertas-kertas contoh soal numpuk dan berserakan! Berbagai fotokopi prediksi dan contoh soal UN tahun sebelumnya… Semuanya berantakan dan penuh corat-coret dan carut marut. Hanya ada satu jenis yang masih putih bersih tak terjamah, benar saudara-saudara, kertas-kertas contoh soal matematika. Matematika yang saya cintai, pelajaran yang selalu saya rindukan… -_- Harus kukemanakan sekarang kertas-kertas agung ini?

Oke, lupakan sejenak kertas-kertas itu,
hmm, yah… meskipun saya cukup optimis dengan hasil UN saya, saya tetap gak setuju kalo nilai hasil UN dijadikan salah satu pertimbangan buat SNMPTN. Kasian dong, teman-teman kita yang di Indonesia bagian tengah. Mereka menjalani ujian dengan ketidaknyamanan dan ketegangan ekstra. Masa nanti mereka gak lolos masuk PTN cuma gara-gara nilai UN kurang bagus, padahal yang bikin mereka menghasilkan nilai-nilai tersebut ada campur tangan pemerintahnya juga (betul itu! bukan salah kami sepenuhnya kalo kami gak lulus UN atau SNMPTN).

Saya merasa keterlambatan soal kemarin itu keterlaluan dan sangat layak tidak terjadi. Bagaimana bisa itu terjadi? Kok bisa sih? Aduh… gak bisa dipahami… -_-
Untuk jenis soalnya sendiri, saya setuju sih buat niat baik nan mulia Kemendiknas dalam menggalakkan kejujuran di kalangan peserta ujian. Dan emang, itu cukup efektif buat meminimalisir ketidakjujuran.

Tapi yang perlu ditinjau kembali adalah, haruskah UN tetap ada? Maksudku, kan udah ada Ujian Sekolah. Di dalamnya 6 mata pelajaran UN juga tetap diujikan! Jadi, UN buat apa dong? Kalo dari yang saya lihat pada apa yang terjadi pada teman-teman saya, UN gak ada gunanya… cuma bikin keributan, ketegangan, dan kerepotan semua pihak yang terlibat. Bikin pinter? Gak. UN bahkan gak terlaksana semakin baik dari tahun ke tahun...

Dan penentu kelulusan juga lebih bijak pihak sekolah, bukan pemerintah pusat. Sekolah JAUH lebih mengenal kita daripada pemerintah pusat. 60% kelulusan ditentukan dari hasil UN, dan 40% ditentukan dari hasil US dan raport siswa! Menurut saya itu gak adil. Kalaupun pemerintah bersikeras UN harus tetap ada, kenapa persentase penentu kelulusannya harus lebih besar dari UN? Kenapa bahkan pemerintah pusat terlalu ikut campur dalam meluluskan para siswa? Bukan saya mengkhawatirkan nilai saya, tapi saya mengkhawatirkan teman-teman seangkatan saya. Gak semuanya percaya diri. Banyak yang tegang. Banyak yang takut gak lulus. Kebayang kan, gimana rasanya kalo misalnya gak lulus? Ih, bukan cuma malu, tapi masa depan juga jadi terasa suram.
Padahal kami bahkan belum mendapatkan kurikulum terbaik yang seharusnya kami dapatkan. Ada terlalu banyak mata pelajaran yang menjadi beban kami. Dari SD, SMP, sampai SMA sederajat, pelajaran yang kami dapat malah semakin banyak, bukannya semakin fokus dan mengerucut, malah melebar... Kami masih diharuskan belajar PKn, PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup è aduh, yang satu ini bahkan gak penting buat dijadikan mata pelajaran! PLH kan bisa diselipkan di mata pelajaran manapun buat nambah pengetahuan dan kepedulian terhadap lingkungan, bisa nyempil di pelajaran biologi, sosiologi, agama, aduh, semua guru mata pelajaran pasti bisa menyampaikan risalah lingkungan hidup kan…), pelajaran bahasa daerah, seni, dll.
~ ~ ~
Menurut saya seharusnya semua sekolah yang mampu menerapkan SKS harus memberlakukannya. Soalnya, kenapa kami para murid harus mempelajari hal-hal yang tidak kami senangi? Kalo pake SKS kan, kita bisa memilih 5 sampai 7 mata pelajaran apa pun sesuai minat dan bakat kita. Kalo yang saya alami sih, meskipun udah dijuruskan, saya berada di jalur IPS, saya tetap kebagian pelajaran yang gak saya suka, ada di UN pula! Kalo SKS diterapkan kan saya jadi gak usah mempelajari ekonomi dan akuntansi… teman-teman yang lain juga jadi berkesempatan sama besarnya untuk mendapatkan mata pelajaran IPA dan IPS secara bersamaan selama masa sekolah. Banyak teman-teman saya yang anak IPA sangat tertarik dengan pelajaran ekonomi, atau akuntansi, atau sosiologi, atau geografi, atau sejarah (di iPA juga ada sih, tapi di IPS dipelajari secara lebih mendalam). Juga ada teman IPS saya yang sangat tertarik belajar biologi! Coba kalau kami diperkenankan memilih pelajaran apa pun yang kami suka, kami bahkan akan lebih terjuruskan dibandingkan dengan jurusan yang ada saat ini. Saya bahkan tidak bisa masuk salah satu jurusan yang ada saat ini! Saya pingin masuk jurusan bahasa, tapi di sekolah cuma ada jurusan IPA dan IPS. Dan pemerintah tidak mau memfasilitasi kami yang cocok berada di jurusan bahasa. Padahal kalo dikumpulkan, saya dan teman-teman seangkatan saya yang ingin masuk jurusan bahasa bisa mencapai satu kelas! Bahkan mungkin lebih…
Dan, haaah… kenapa UN harus dilaksanakan bulan April? Sekarang kita para peserta harus ngapain dong…? Kerja? Haaah… kerja apa laaah… -_- Yah, meskipun lega juga UN udah selesai dan jam belajar di sekolah udah gak ada buat kami para siswa kelas XII, tapi menurut saya dilaksanakan bulan April itu terlalu dini. Kuliah masih jauh,,, SMA udah selesai…
#LongAwkwardMoment! =D

Saya rasa, para peserta bakal lebih siap dan mantap bekal belajar dan mentalnya kalo UN dilaksanakan Mei, misalnya. Tapi mungkin para pesertanya bakal merasa gugup lebih lama lagi è tapi itu kalo UN-nya dijadikan faktor penentu kelulusan, kalo yang meluluskan pihak sekolah, para siswa pasti lebih santai lah, gak akan ada yang stress.
Pemerintah menginginkan kualitas pendidikan yang jauh lebih baik kan, nah, gak harus dengan diadakannya UN yang menentukan kelulusan sampai 60 % laaah. Kalo Kemendiknas masih berdalih standarisasi nasional, ya apa artinya juga kalo para pesertanya berbuat curang, atau para pesertanya stress dan depresi, belajar gak fokus dan dan konsentrasi, diliputi kecemasan dan ketegangan… Dari hasil yang terlihat, justru dengan diadakannya UN, malah menjadi ajang ketidak jujuran besar-besaran skala nasional. Memang sistem 30 paket ini meminimalisir kecurangan, tapi kan ternyata ini tidak membuat para peserta merasa nyaman dan oke-oke saja. Karena sebagian siswa-siswi kelas XII merasa tidak percaya diri untuk mengerjakan ujian sendirian…

Hmm… >.<

Sebenarnya saya bicara muter-muter dari tadi tuh cuma pingin bilang, UN gak usah ada! Cukup US aja dengan penentu kelulusan adalah pihak sekolah…
~
Yah, semoga kualitas pendidikan nasional menjadi JAUH lebih baik setelah ini, semoga banyak hikmah yang bisa diambil dari kejadian ini…
***