About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, Agustus 03, 2013

About You


There was a will to have you when I saw you
There was a smile to get stare of you
Yet there was a deal to even look at you
There was a bleed to gain on you
Even against the heart of heart
Because I wasn't a smoothie
Who could change how you see
I couldn't even go to flee
I just could only bee, that it was about thee
Sadly it wasn't turn back on me cheerily

And now I'm just letting you leave
But why the memories don't drift
They live well as we weren't rift
And steal my bliss like a thief

Please pull away from me and on
Be gone,
For you the anonymous one
As quick as thought to done
For it is too sore to hold on

Kamis, Mei 02, 2013

Bunga Bibir dan Buah Bibir



Hiiiyaaahhh… akhirnya UN beres!!! =D =D =D
Selesai sudah ketegangan dan kecemasan… Haha!
Ujian yang ditunggu-tunggu, akhirya keluar juga! Setelah beberapa bulan puasa nge-blog (siapa juga yg nyuruh >.<), dan puasa baca novel (aduh menderita sekali rasanya!) Ternyata soal-soalnya cuma gitu-gitu doang (yah, bukan berarti kegampangan buat saya! =D). Ya emang cuma gitu-gitu doang sih sebenernya. Soal-soalnya dari tahun ke tahun sama aja. Bahkan beberapa soal murni co-pas dari tahun-tahun sebelumnya, jadinya kita udah tahu jawabannya cuma dengan baca soalnya sekilas. Pemerintah kan pasti pengen kita semua lulus dan sukses, jadi ya soalnya pasti gak akan susah lah. Menurut kabar sih tingkat kesulitan soalnya 30% mudah, 40% sedang, 30% susah. Soal-soalnya juga semua sesuai SKL. Gak ada yang ngelantur. Jadi, gak perlu cemas gak akan lulus sebenarnya. Masa aja kita gak bisa ngerjain soal-soal yang udah kita pelajari lebih dari dua tahun, sejak kelas X lho!

Meskipun gak semua teman-teman kita melaksanakan UN dengan lancar, khususnya di beberapa provinsi di Indonesia Tengah, tapi mudah-mudahan lulus dan sukses semua. Selama sebelum UN sampai sekarang saya berdo’a semoga semua peserta UN tahun ini lulus semua, tapi saya gak ngira kalo semuanya bakal diluluskan karena UN tahun ini ‘gagal.’ Saya gak nyangka kalo kita bakal diluluskan dengan cara seperti ini (#facecalm). Dan UN tahun ini dianggap tidak ada saja. Tapi kalo memang ini jalan yang terbaik, ya sudah lah terima aja. Yah, kalo misalnya tahun depan masih bakal ada UN lagi, semoga jauh lebih baik dari tahun sekarang. Semoga sukses (aamiin).

Dan sekarang, kertas-kertas contoh soal numpuk dan berserakan! Berbagai fotokopi prediksi dan contoh soal UN tahun sebelumnya… Semuanya berantakan dan penuh corat-coret dan carut marut. Hanya ada satu jenis yang masih putih bersih tak terjamah, benar saudara-saudara, kertas-kertas contoh soal matematika. Matematika yang saya cintai, pelajaran yang selalu saya rindukan… -_- Harus kukemanakan sekarang kertas-kertas agung ini?

Oke, lupakan sejenak kertas-kertas itu,
hmm, yah… meskipun saya cukup optimis dengan hasil UN saya, saya tetap gak setuju kalo nilai hasil UN dijadikan salah satu pertimbangan buat SNMPTN. Kasian dong, teman-teman kita yang di Indonesia bagian tengah. Mereka menjalani ujian dengan ketidaknyamanan dan ketegangan ekstra. Masa nanti mereka gak lolos masuk PTN cuma gara-gara nilai UN kurang bagus, padahal yang bikin mereka menghasilkan nilai-nilai tersebut ada campur tangan pemerintahnya juga (betul itu! bukan salah kami sepenuhnya kalo kami gak lulus UN atau SNMPTN).

Saya merasa keterlambatan soal kemarin itu keterlaluan dan sangat layak tidak terjadi. Bagaimana bisa itu terjadi? Kok bisa sih? Aduh… gak bisa dipahami… -_-
Untuk jenis soalnya sendiri, saya setuju sih buat niat baik nan mulia Kemendiknas dalam menggalakkan kejujuran di kalangan peserta ujian. Dan emang, itu cukup efektif buat meminimalisir ketidakjujuran.

Tapi yang perlu ditinjau kembali adalah, haruskah UN tetap ada? Maksudku, kan udah ada Ujian Sekolah. Di dalamnya 6 mata pelajaran UN juga tetap diujikan! Jadi, UN buat apa dong? Kalo dari yang saya lihat pada apa yang terjadi pada teman-teman saya, UN gak ada gunanya… cuma bikin keributan, ketegangan, dan kerepotan semua pihak yang terlibat. Bikin pinter? Gak. UN bahkan gak terlaksana semakin baik dari tahun ke tahun...

Dan penentu kelulusan juga lebih bijak pihak sekolah, bukan pemerintah pusat. Sekolah JAUH lebih mengenal kita daripada pemerintah pusat. 60% kelulusan ditentukan dari hasil UN, dan 40% ditentukan dari hasil US dan raport siswa! Menurut saya itu gak adil. Kalaupun pemerintah bersikeras UN harus tetap ada, kenapa persentase penentu kelulusannya harus lebih besar dari UN? Kenapa bahkan pemerintah pusat terlalu ikut campur dalam meluluskan para siswa? Bukan saya mengkhawatirkan nilai saya, tapi saya mengkhawatirkan teman-teman seangkatan saya. Gak semuanya percaya diri. Banyak yang tegang. Banyak yang takut gak lulus. Kebayang kan, gimana rasanya kalo misalnya gak lulus? Ih, bukan cuma malu, tapi masa depan juga jadi terasa suram.
Padahal kami bahkan belum mendapatkan kurikulum terbaik yang seharusnya kami dapatkan. Ada terlalu banyak mata pelajaran yang menjadi beban kami. Dari SD, SMP, sampai SMA sederajat, pelajaran yang kami dapat malah semakin banyak, bukannya semakin fokus dan mengerucut, malah melebar... Kami masih diharuskan belajar PKn, PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup è aduh, yang satu ini bahkan gak penting buat dijadikan mata pelajaran! PLH kan bisa diselipkan di mata pelajaran manapun buat nambah pengetahuan dan kepedulian terhadap lingkungan, bisa nyempil di pelajaran biologi, sosiologi, agama, aduh, semua guru mata pelajaran pasti bisa menyampaikan risalah lingkungan hidup kan…), pelajaran bahasa daerah, seni, dll.
~ ~ ~
Menurut saya seharusnya semua sekolah yang mampu menerapkan SKS harus memberlakukannya. Soalnya, kenapa kami para murid harus mempelajari hal-hal yang tidak kami senangi? Kalo pake SKS kan, kita bisa memilih 5 sampai 7 mata pelajaran apa pun sesuai minat dan bakat kita. Kalo yang saya alami sih, meskipun udah dijuruskan, saya berada di jalur IPS, saya tetap kebagian pelajaran yang gak saya suka, ada di UN pula! Kalo SKS diterapkan kan saya jadi gak usah mempelajari ekonomi dan akuntansi… teman-teman yang lain juga jadi berkesempatan sama besarnya untuk mendapatkan mata pelajaran IPA dan IPS secara bersamaan selama masa sekolah. Banyak teman-teman saya yang anak IPA sangat tertarik dengan pelajaran ekonomi, atau akuntansi, atau sosiologi, atau geografi, atau sejarah (di iPA juga ada sih, tapi di IPS dipelajari secara lebih mendalam). Juga ada teman IPS saya yang sangat tertarik belajar biologi! Coba kalau kami diperkenankan memilih pelajaran apa pun yang kami suka, kami bahkan akan lebih terjuruskan dibandingkan dengan jurusan yang ada saat ini. Saya bahkan tidak bisa masuk salah satu jurusan yang ada saat ini! Saya pingin masuk jurusan bahasa, tapi di sekolah cuma ada jurusan IPA dan IPS. Dan pemerintah tidak mau memfasilitasi kami yang cocok berada di jurusan bahasa. Padahal kalo dikumpulkan, saya dan teman-teman seangkatan saya yang ingin masuk jurusan bahasa bisa mencapai satu kelas! Bahkan mungkin lebih…
Dan, haaah… kenapa UN harus dilaksanakan bulan April? Sekarang kita para peserta harus ngapain dong…? Kerja? Haaah… kerja apa laaah… -_- Yah, meskipun lega juga UN udah selesai dan jam belajar di sekolah udah gak ada buat kami para siswa kelas XII, tapi menurut saya dilaksanakan bulan April itu terlalu dini. Kuliah masih jauh,,, SMA udah selesai…
#LongAwkwardMoment! =D

Saya rasa, para peserta bakal lebih siap dan mantap bekal belajar dan mentalnya kalo UN dilaksanakan Mei, misalnya. Tapi mungkin para pesertanya bakal merasa gugup lebih lama lagi è tapi itu kalo UN-nya dijadikan faktor penentu kelulusan, kalo yang meluluskan pihak sekolah, para siswa pasti lebih santai lah, gak akan ada yang stress.
Pemerintah menginginkan kualitas pendidikan yang jauh lebih baik kan, nah, gak harus dengan diadakannya UN yang menentukan kelulusan sampai 60 % laaah. Kalo Kemendiknas masih berdalih standarisasi nasional, ya apa artinya juga kalo para pesertanya berbuat curang, atau para pesertanya stress dan depresi, belajar gak fokus dan dan konsentrasi, diliputi kecemasan dan ketegangan… Dari hasil yang terlihat, justru dengan diadakannya UN, malah menjadi ajang ketidak jujuran besar-besaran skala nasional. Memang sistem 30 paket ini meminimalisir kecurangan, tapi kan ternyata ini tidak membuat para peserta merasa nyaman dan oke-oke saja. Karena sebagian siswa-siswi kelas XII merasa tidak percaya diri untuk mengerjakan ujian sendirian…

Hmm… >.<

Sebenarnya saya bicara muter-muter dari tadi tuh cuma pingin bilang, UN gak usah ada! Cukup US aja dengan penentu kelulusan adalah pihak sekolah…
~
Yah, semoga kualitas pendidikan nasional menjadi JAUH lebih baik setelah ini, semoga banyak hikmah yang bisa diambil dari kejadian ini…
***

Selasa, Januari 29, 2013

The Best Motivator


Setiap orang pasti memiliki setidaknya seorang motivator dalam hidupnya; baik itu ibu, sahabat, pacar, guru, atau seorang motivator profesional. Mereka ada baik disadari ataupun tidak disadari memberi pengaruh yang besar dalam hidup seseorang—atau banyak orang, untuk kasus seorang motivator profesional—berupa semangat, dukungan, do’a, dan atau bantuan materil. Dengan adanya mereka—baik mereka menyadarinya atau tidak—hidup kita jadi terasa lebih mudah dan menyenangkan. Meski kita tahu seberapa berat hidup yang sedang kita jalani saat ini. Tapi mereka selalu ada, dekat, dan tulus; memberikan dorongan, pujian, dan penyulut semangat. Mendengarkan dan menyimak setiap keluh kesah dan curahan hati kita.


Tapi kadang mereka juga memberikan kita ruang untuk berpikir, merenungkan tujuan hidup dan segala masalah, memberikan sebuah jarak privasi untuk kita melamun dan berkelana di alam mimpi untuk menyusun strategi masa depan. Sering mereka memberikan masukan untuk cita-cita kita, sering mereka membuat kita tertawa bahagia, dan tahu kapan kita butuh senyuman, kapan kita butuh sandaran, kapan kita butuh saputangan, dan kapan kita butuh pengingat saat kita terjerembab, bahwa hidup kita istimewa, bahwa hidup kita berharharga, bahwa hidup kita cuma satu kali; bukan untuk diratapi dan disia-siakan, bahwa hidup kita berarti untuk mereka, bahwa mereka membutuhkan kita, bahwa betapa kita telah membuat mereka tersenyum.


Aku punya seorang motivator. Saat pertama kali bertemu, aku tidak menyangka ia akan menjadi begitu berharga di hidupku. Setelah hampir dua tahun mengenalnya, aku baru merasakan kehangatannya, ketulusannya, semangatnya yang selalu membara (ini bukan konotasi, tapi beneran!), dan motivasi-motivasinya yang selalu mengena di hatiku. Setiap kali melihatnya, aku selalu otomatis tersenyum. Senang sekali melihatnya. Menyenangkan sekali berbalas sapa dengannya. Genggaman tangannya selalu erat penuh kekuatan dan semangat hidup setiap kali kami berjabat tangan. Kuat dan tegas. Penuh wibawa.


Kata-kata motivasinya selalu terngiang dan bahkan mungkin terekam dengan baik di alam bawah sadarku. Moodku selalu berubah menjadi sangat baik setiap kali berbicara dengannya. Karena hampir segala yang ia katakan merupakan kata-kata bijak berharga yang penuh semangat menyala-nyala.


Ia sangat menghargaiku. Tak pernah ada orang selain ibuku yang pernah menghargaiku seperti itu. Ia begitu bangga padaku. Dengan segala kekuranganku, menurutnya aku istimewa, sangat berharga, sebuah  permata yang masih terjaga. Ia memberitahukan kepada semua orang betapa hebatnya aku, betapa pintarnya aku, betapa cerdasnya aku, betapa senangnya ia mengenalku.


Ia selalu membuatku tersenyum. Ia selalu bisa membuatku tersenyum. Ia selalu tahu cara membuatku bahagia.


Dia adalah satu-satunya orang di dunia ini yang mampu membuatku bersemangat berapi-api ketika aku dalam keadaan paling terpuruk! Dia satu-satunya orang yang mampu membuatku melihat dari sudut pandang yang lain yang lebih baik tentang sebuah persoalan kehidupan yang pelik, di kala aku sedang begitu sedih! Dia satu-satunya orang di dunia ini yang mampu membuatku tertawa di saat aku sedang menangis sedu sedan begitu parah! Bisa-bisanya aku tertawa ketika sedang menangis begitu parahnya! Dan dia mampu membuatku merasa aman, tenang, nyaman, dan senang hanya dengan duduk di sampingnya! Apalagi jika ia mulai berbicara. Dia melakukannya dengan lebih baik daripada para ustadz dan guru BK mana pun yang kukenal! Dia yang terbaik! Dia motivator sungguhan bagiku.


Dia memberitahuku dan tak henti-hentinya mengingatkanku bahwa masalah yang sedang kuhadapi saat ini adalah masalah yang kecil! Dan aku mampu melaluinya. Bahwa hidupnya pun terlahir dari sebuah perjuangan, keringat dan kerja keras menjadi awal hidupnya. Semuanya dimulai dengan proses; dari nol. Tak ada yang instan. Tak tiba-tiba ia menjadi sukses, sebelum keringat, air mata, bahkan darah berpeluh-beluh bergantian. Keajaiban adalah nama lain dari kerja keras. Dia selalu mengingatkanku bahwa aku akan menjadi orang yang begitu kuat, sangat sangat kuat dibandingkan dengan teman-temanku yang hidupnya adem ayem tanpa mengalami masalah sepertiku. Dia memberitahuku dan tak henti-hentinya mengingatkanku bahwa masalah yang sedang kuhadapi hanyalah sebagian kecil dari hidupku, yang nantinya akan terlupakan dan hanya berbekas sebagai titik hitam kecil yang menjadi pelajaran berharga untuk kehidupan masa depanku. Bahwa masalah yang sedang kuhadapi sekarang sangat kecil dibandingkan masalah-masalah lain yang akan muncul di hidupku di masa depan nanti. Maka aku harus kuat, harus tabah, bertahan, agar aku bisa melalui ujian-ujian dan tantangan-tantangan yang akan senantiasa menghiasi hidupku. Karena di dalam hidup akan selalu ada masalah. Itulah yang mendewasakan kita.


Dia adalah seorang guru. Dia adalah salah satu guruku. Dia seorang guru sejarah di sekolahku. Yang telah mengantarkanku pada prestasi-prestasiku. Mengajarkanku cara untuk menulis; melatihku cara untuk mampu berbicara di depan umum; dan mendidikku cara untuk menjalani hidup dengan penuh optimis dan spirit. Merangkaikan sejarah-sejarah manis untuk masa depanku. Memperlihatkanku kekuatan dari pembelajaran dari masa lalu untuk masa sekarang dan masa depan.


Dialah penyemangatku, dialah motivatorku, akan selalu kuingat dalam do’aku. Sosok yang telah berhasil mengisi kekosongan dan kehampaan salah satu figur berat, fatal, dan vital dalam hidupku. Figur yang kosong yang memang seharusnya terisi. Terima kasih. Beribu-ribu terima kasih untukmu. Thank's a million my dad-teacher… 


Jumat, Januari 11, 2013

Beholden to My Beloved


Thank you for already present in my life
Thanks for join in coloring my world
Colorful bright, beautiful, and full of bliss
Smile tucked in each page
Encouragement and hope being your illustrations
Inscribing a pen, making it a fairy tale princess without a prince
Danced the sounds into a precious chanson
The wishsong that quietly grows in my heart

You will always be in my story
In my sweet stories
which heave without melody and rhythm
But living by full of affection
Along the road of my life
At each circumvolution in its conflicts

Your presence, is a very lovely destiny,
It's real, although not able for me to embrace too far
Your present is the loveliest chapter ever in my fairy tale book
In our story

Thank you for the excitements from you
Thank you for sincerely smile every time to me
Thank you for greeting to me every morn
You have and are making me happy,
Drifting in a touch of compassion
Although you never realize
The value of your smiles that really meaningful to me
Your archness that dried out the tears of my pain
I miss your laughter,
Although you never know
All of what you have done
So precious and blissful for me



Oh my Deary,
Perhaps this feeling will not be an eternity
But every time I stare at you,
My eyes are sparkle brightly

Thank you for being my best friend,
Although not to be a prince for me
Thank you for everything,
Thank you...

Terima Kasih Untukmu


Terima kasih sudah hadir di hidupku
Terima kasih sudah ikut mewarnai ceritaku
Warna-warni cerah, indah, dan penuh bahagia
Senyum terselip di setiap lembarnya
Semangat dan harapan menjadi ilustrasimu
Menggoreskan pena, menjadikannya dongeng putri tanpa pangeran
Menarikan suara menjadi nyanyian kirana
Senandung yang diam-diam tumbuh dalam hatiku

Kau akan selalu ada dalam kisahku
Dalam cerita-cerita juitaku
Yang mengalun tanpa melodi dan irama
Namun hidup dalam balutan kasih
Di sepanjang jalan hidupku
Di setiap kelokan konfliknya

Kehadiranmu, adalah sebuah takdir yang teramat indah,
Nyata, meskipun tak mampu kurengkuh terlampau jauh
Hadirmu menjadi bab terindah yang pernah ada dalam buku dongengku,
Dalam cerita kita

Terima kasih atas bahagia darimu
Terima kasih telah tersenyum tulus setiap kali kepadaku
Terima kasih telah menyapaku setiap pagi
Kau sudah dan sedang membuatku bahagia,
Hanyut dalam sentuhan haru
Meski kau tak pernah
Menyadari
Harga senyummu yang sangat bermakna untukku
Candaanmu yang mengeringkan air mata sakitku
Tawamu yang aku rindukan,
Meski kau tak pernah tahu
Semua yang telah kau lakukan
Begitu berharga dan bahagia,
Untukku

Wahai jantung hatiku,
Mungkin saja rasa ini tak kan menjadi kekal dalam cerita keabadian itu
Tapi mengapa setiap kali kulihat kamu,
Ada sinar berseri-seri di dalamnya

Terima kasih sudah menjadi sahabatku,
Meskipun tidak untuk menjadi pangeranku.
Terima kasih untuk semuanya,
Terima kasih…




Rabu, Januari 02, 2013

Suatu Ketika di Ujung Hari


Hari saat kau tak ada
Tak di tempatmu
Kutemukan kau tetap di hatiku
Menciptakan rindu
Membuat candu
Melupakanku pada akhir yang membisu

Senyum yang tercipta,
Kadang,
Tak seasli yang terlihat
Tak terindera oleh mata,
Kalbu, dan suara…

Hari saat kau ucapkan selamat jalan
Hari saat kusadari kau tak lagi di sisiku
Bahkan bayanganku pun menangis
Pilu di tengah rasa yang terbendung

Ada sesuatu yang hilang
Yang tak kurasakan, saat kau bersamaku




Saat aku berpaling
Tak kutemukan kau berdiri di tempatmu
Mungkin kau menghilang tuk sementara,
Demikiankah?

Kurasakan hati bekerja,
Tanpa ada harapan pengakhiran
Mengairi air mata
Mengaliri nadi yang kering
Tandus tanpa melankoli suara
Menciptakan luka, sepedih pandora



Akankah ada akhir untuk ini?