About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, Desember 08, 2012

It's Nice! (happy and miserable)


It's so nice to be grown in life.
coz we all are live.
and we do need to.
but,
as the time pass,
we all need to adapt too,
in every field in life.
and so too the teenage world.
we cant dodge it.
we cant.
i cant.
none can.
except you die!

it's nice to be nice! but,
it's hard to do
when you know that is true
to keep relent and adapt
from matter you cant go away
from all sides you cant throw away

as far as I go,
I just find the same things,
the same feeling
similar smell
familiar res
and strangers

how to do when the compass is stolen
how to do when your heart is crushed
what to do when letdown just flew on you
what to do when you just can believe none anymore

is it going to be sad?
or pretended to be happy again and again?

It's nice to be nice
It's needed to be honest
It's nice to hide the tear
It's nice to tell me to pretend everything's fine

Sometimes you have to learn that grief must be enjoyed! :(

Rabu, November 14, 2012

Pentingnya Reinkarnasi Spirit Sumpah Pemuda



Sumpah Pemuda lahir pada masa radikal para pemuda terpelajar. Atas inisiatif mereka, didirikanlah sebuah wadah untuk menyatukan seluruh kaum muda sehingga mempermudah pencapaian cita-cita bangsa. Dirintis sejak mulai terbentuknya Budi Utomo, para pemuda memisahkan diri dan membentuk Tri Koro Dharmo sebagai gerakan pemuda pertama yang sesungguhnya. Lalu namanya diganti menjadi Jong Java. Muncullah gerakan-gerakan kepemudaan yang lain di berbagai daerah, seperti Jong Sumatranen Bond, Jong CelebesJong Islamieten Bond, dll.
Maka untuk mencapai persatuan dari seluruh pemuda, diadakanlah Kongres Sumpah Pemuda pada 30 April-2 Mei tahun 1926 di Waltervreden (sekarang Jakarta). Namun tidak dicapai kata sepakat dari seluruh peserta yang hadir karena masih kuatnya rasa kedaerahan masing-masing. Lalu dilanjutkan dengan Kongres Sumpah Pemuda II pada 27 dan 28 Oktober 1928. Kongres tersebut menghasilkan sebuah ikrar yang sampai sekarang dikenang dan dijadikan patokan janji setia generasi muda Indonesia, yakni satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Namun selanjutnya para pemuda itu ditekan dan dikekang oleh pemerintah sehingga merugikan mereka. Melihat kondisi ini, mereka lalu berniat mengadakan Kongres Pemuda III pada tahun 1936, tetapi gagal karena tidak mendapat izin pemerintah. Barulah pada tahun 1938 berhasil diadakan Kongres Pemuda III di Yogyakarta. Hasilnya ialah federasi organisasi-organisasi pemuda dengan pusat di Jakarta, dan mengganti kata “kemerdekaan Nusa dan Bangsa” menjadi “menjunjung martabat Nusa dan Bangsa.”
Pada awal tahun 1900-an banyak dari kalangan pemuda yang sudah geram terhadap perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia namun tetap mementingkan rasa kedaerahan. Perjalanan penting dimulai sejak mulai berdirinya berbagai organisasi modern baik yang bersifat lokal maupun keagamaan. Para pemuda yang bergabung dalam berbagai organisasi tersebut kemudian menyatakan kesetiaan mereka pada sebuah momen penting pada tanggal 28 Oktober 1928, yaitu pada Kongres Pemuda II. Kemajemukan bangsa Indonesia saat itu benar-benar lebur menjadi satu. Tak ada lagi egoisme kedaerahan yang berlebihan.


Ikrar pemuda-pemudi Indonesia yang terpelajar itu dilaksanakan di Jakarta 84 tahun yang lalu. Dengan semangat persatuan, kesatuan, dan kemerdekaan yang memekik menggelora di dalam sukma dan raga mereka. Sebuah janji akan perjuangan memerdekakan negeri tercinta bersama-sama dengan seluruh kalangan cendekiawan muda dari seantero nusantara, tanpa mengindahkan lagi perbedaan suku, bahasa, adat, agama, dan kedaerahan. Mencampurkan kesemuanya menjadi satu di bawah panji Merah Putih. Dengan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan pertama kali secara resmi dengan biola dari penggubahnya, W. R. Soepratman, mengiringi jalannya sidang sebelum teks Sumpah Pemuda dibacakan di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat, yang saat itu merupakan milik seorang warga keturunan Tioghoa bernama Sie.
Kongres saat itu dihadiri golongan pemuda dari berbagai daerah dan berbagai organisasi kepemudaan, bahkan hadir juga 4 orang golongan timur asing Tionghoa sebagai peninjau, antara lain: Kwee Thiam Hong, Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok, dan Tjio Djien kwie. Selain itu, kaum perempuan Indonesia juga mengadakan Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta pada 22 Desember 1928 dengan tujuan berjuang bersama kaum pria untuk cita-cita kemerdekaan dan meningkatkan kedudukan wanita dalam bidang-bidang pendidikan, sosial, dan kebudayaan. Para pesertanya merupakan para pemudi dan ibu rumah tangga.
Bahkan pada tahun 1934 juga dilaksanakan sumpah pemuda keturunan Arab di Indonesia. Salah satu dari mereka, yaitu A. R. Baswedan, meski keturunan arab, ia tidak membedakan dirinya dengan orang Indonesia lainnya, khususnya ia terus menyerukan lewat Harian Matahari Semarang untuk mengajak seluruh keturunan Arab Indonesia untuk mencintai dan menjadi bangsa Indonesia yang sejati, tanpa memperhatikan asal-usul, ras, dan perbedaan yang lainnya.
Akhirnya dicetuskanlah ikrar para pemuda keturunan Arab itu pada 1934, sebab mereka dibesarkan di tanah air tercinta Indonesia, bahkan dilahirkan dari ibu yang asli Indonesia. Tidak seperti orang-orang Belanda yang menyebut kaum pribumi sebagai inlander, yang berarti bangsa kuli, para pemuda keturunan Arab yang kebanyakan berasal dari Hadramauth, Yaman Selatan tersebut, menyebut orang Indonesia asli sebagai ahwal, atau saudara ibu.
Sejak diproklamirkannya sumpah setia para pemuda, perjuangan kemerdekaan Indonesia semakin memperlihatkan titik terang. Kemampuan diplomasi dan intelektual yang tinggi, mampu menyejajarkan dan mengalahkan kekuatan asing yang merongrong Indonesia selama ratusan tahun. Tanggal 28 Oktober 1928 sebenarnya merupakan fakta paling keras sebagai hari kebangkitan nasional, seperti dipaparkan Syafii Maarif,
“Dengan Sumpah Pemuda, semua gerakan kedaerahan ini, sekalipun dengan susah payah, akhirnya meleburkan diri dan bersepakat untuk mendeklarasikan trilogi pernyataan yang tegas-tegas menyebut tumpah darah/tanah, bangsa, dan bahasa Indonesia. Sumpah ini didukung oleh berbagai anak suku bangsa dan golongan. Jadi, cukup repsesentatif bagi awal kelahiran dan kebangkitan sebuah bangsa: Indonesia.
Dengan cita-cita, semangat, usaha, dan do’a, para pemuda berhasil menyumbangkan jiwa, tenaga, hati, harta, dan pikirannya, bahkan pada tahun 1945, terbukti para pemuda berhasil mempercepat kemerdekaan, bahkan dengan tidak sebagai hadiah dari Jepang atau negara mana pun.
Para pemikir muda ini menyadari bahwa pendidikan menjadi elemen penting perjuangan, dengan hanya mengandalkan perang fisik dan senjata seadanya tak akan pernah mampu mengusir kekuatan para penjajah yang tidak bodoh itu. Dengan pendidikan bagi generasi penerus, sejarah di seluruh dunia membuktikan akan tumbuh dan mengakarnya kesadaran yang jauh lebih tinggi dalam hal cinta tanah air, persatuan, kesatuan, kemerdekaan, dan kesejahteraan bangsa dan negara.
Perjuangan para pemuda selalu muncul dengan hasil yang signifikan di setiap momen sejarah. Baik pada masa pergerakan nasional, pra dan pasca kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde Baru, juga reformasi. Karena mereka menyadari, setelah naskah proklamasi didengungkan ke seluruh dunia, tak berarti perjuangan telah usai. Akan selalu ada kekuatan asing atau pun kekuatan dari dalam bangsa sendiri yang akan merusak kejayaan Indonesia yang kaya sumber daya alam dan manusia ini. Maka prestasi pemuda akan selalu tertoreh dalam sejarah sebagai revolusioner dalam setiap perjungan bangsa dan negara ke arah yang selalu lebih baik. Tak pernah ada kata diam dan menonton ketika ketidakadilan berjalan dengan mulus dan tanggung jawab diperjualbelikan. Mahasiwa turun ke jalan. Mahasiswa mengkudeta, menggulingkan pemerintahan yang tidak memuaskan rakyat. Bahkan mahasiswa menjadi momok menakutkan bagi para penguasa, karena keberanian dan kegigihan semangat mereka yang tak pernah mau padam bisa menghancurkan kekuasaan siapa saja.
Banyak yang menilai bahwa kini hampir tak ada lagi kebanggaan dalam diri pemuda ketika melaksanakan upacara bendera, peringatan sumpah pemuda, hari kesaktian Pancasila, dan seterusnya. Kini generasi muda lebih banyak menghabiskan waktu bukan untuk belajar dan berusaha. Mereka lebih senang membuang waktu dengan percuma, bahkan dilaknat oleh ketentuan agama dan hukum. Narkoba, seks bebas, dan tawuran, menjadi gambaran pemuda saat ini, dengan melihat kondisi dan fakta saat ini yang sebenarnya, para pemuda pahlawan yang dulu berjuang sepenuh hati dan ikhlas, pasti bersedih dan mengkhawatirkan arah Indonesia selanjutnya yang akan dibawa dan diterusakan oleh generasi muda yang memiliki semangat nasionalisme dan patriotisme yang rendah.
Di tengah zaman yang semakin maju ini, tidak menjadikan pemikiran, sikap, dan tingkah laku generasi muda ikut maju pula. Hasil yang didapat adalah semakin memburuknya moral sebagian para pemuda. Jika kita bercermin pada sejarah, sungguh berbeda kualitas intelektual dan nasionalisme generasi muda saat ini dengan para pemuda masa perjuangan kemerdekaan. Wajah pemuda saat ini bukanlah bersatu, melainkan berkubu-kubu saling memaki dan mengeroyoki. Jika tidak begitu, maka narkoba dan seks bebaslah yang memantulkan bayangannya. Bahkan kejujuran pun dianggap sebagai suatu hal kecil yang patut dilanggar. Korupsi dan budaya menyontek telah tertanam dan semakin mengakar pada diri hampir seluruh para pelajar di Indonesia.
Bahkan baru-baru ini para pemuda yang merupakan mahasiswa dari Universitas Khairun Ternate terlibat bentrokan dengan aparat kepolisian, bentrokan tersebut terjadi ketika para mahasiswa memperingati 84 tahun sumpah pemuda. Peristiwa semacam ini sudah sering terdengar dan menjadi hal yang biasa. Anarkis dan amoral menjadi bagian dari kehidupan generasi penerus bangsa. Sementara para pelajar dan mahasiswa yang berprestasi tidak dihargai dengan layak atas cinta dan bakti kepada ibu pertiwi.
Berdasarkan buku karangan Dr. Thomas Lickona, dia menyebutkan 10 tanda-tanda bangsa yang berada di ambang kehancuran, yang, kesemua ciri-cirinya dimiliki oleh Indonesia. Antara lain: meningkatnya kekerasan di kalangan remaja; penggunaaan bahasa dan kata-kata yang memburuk; pengaruh kelompok sebaya yang kuat dalam tindak kekerasan; meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penyalahgunaan narkoba dan konsumsi minuman keras; semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; menurunnya etos kerja; semakin rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan guru; rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara; membudayanya ketidakjujuran; adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.
Apakah kita harus kembali dijajah secara terang-terangan untuk menumbuhkan kembali nasionalisme? Tetapi jika demikan pun, akankah generasi muda mampu menghadapinya seperti para agent of change dulu yang benar-benar cendekia itu? Apa dan siapakah yang layak disalahkan?
Pendidikan dan kedisiplinan, itulah solusinya. Dengan melihat pada kemajuan dan keberhasilan negara-negara adikuasa, pendidikan dan kedisiplinanlah modal dalam mencapai tujuan Indonesia yang benar-benar merdeka, adil, makmur, dan sejahtera. Karena tak peduli Tuhan mana pun yang kita sembah, jika kita tidak mau berubah, Tuhan tak akan memberikan kemajuan kepada kaum atau bangsa tersebut. Sebagai contoh, lihatlah China yang tidak mempunyai agama, ekonomi mereka semakin maju di setiap waktu. Juga India, yang memiliki dewa begitu banyak, mereka kini tengah melangkah ke arah kemajuan. Tapi bangsa Indonesia yang mengaku memiliki Tuhan Yang Mahaesa, masih belum menjadi negara maju sejak kemerdekaan hingga sekarang. Pendidikan tidak hanya dilakukan di sekolah namun keluarga dan masyarakat pun memiliki peranan penting dalam pendidikan.
Pemuda pun harus semakin ditumbuhkan nilai cinta dan bangga terhadap bangsanya, hal ini akan mempengaruhi para pemuda dalam bertingkah laku. Pemuda harus semakin diperkenalkan kepada sejarah bangsa ini yang tidak merdeka dengan mudah namun dengan tumpahan air mata dan darah, dan dalam perjuangan meraih kemerdekaan itu pemuda menyumbangkan peranan penting. Maka pemuda masa kini harus bisa lebih bijak dalam mengisi kemerdekaan yang sudah berhasil dicapai. Untuk itu, marilah kita gali dan koreksi kembali semangat generasi muda untuk Indonesia yang lebih baik. Tumpaskan segala bentuk kenakalan remaja, tingkatkan pendidikan dan kedisiplinan.


Daftar pustaka
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia V. 1992. Jakarta: Balai Pustaka.

Pengurus Kongres Wanita Indonesia. Sejarah Setengah Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. 1986. Jakarta: Balai Pustaka.

Puar, Yusuf A. dan Matu Mona. W. R. Supratman Pencipta Lagu Kebangsaan Kita. 1976. Jakarta: CV Indradjaya.

Usman, K. Komponis Indonesia yang Kita Kenal. 1982. Jakarta: Aries Lima.

Sumber dari internet


Supardi, http://ebookbrowse.com/4-ikahimsi-sumpah-pemuda-pdf-d228839508 diakses pada tanggal 25 Oktober pukul 13.55

http://charactereducationinstitute.com/?page_id=499 diakses pada tanggal 25 Oktober pukul 13.29.

Jumat, Oktober 19, 2012

Memori yang Tak Terucapkan


Tak semuanya tertuliskan dan terlukiskan
Tak selamanya memori teringatkan
Tak seharusnya sesuatu terjadi
Tak seharusnya ingatan kembali
Tak seharusnya ingatan diingatkan
Tak seharusnya ia membawa bisikan,
sebuah kata penangkal,
atas kerinduan yang tak terelakkan
akan sebuah ingatan yang terhapuskan.

Seperti daun-daun yang gugur itu,
Aku pun terus melanjutkan kehidupan
Dengan dan tanpa kenangan
Sebuah memori yang hilang


Sebongkah demi sebongkah guratan memori itu
Gugur berjatuhan
Terembus bayu yang dingin
Menggetarkan sukma, mengingatkan
Menarikku ke dalam pelukan angin
Seperti badai kurasakan.

Ketika air mata telah tergenang
Ketika daun kembali berjatuhan
Semua itu tak dapat kuulang lagi
Menggelinding menjauh, menyisakan batas mimpi

Dan malaikat pun menangis 
Meraung-raung di tengah badai 
Merindukan langit malam 
Menjuntai di bawah khayangan…

Kamis, Oktober 04, 2012

Sebuah Prolog Tanpa Akhir


Mencintai seseorang secara diam-diam itu bisa sangat menyakitkan. Lebih buruk daripada cinta yang direncanakan. Setiap hari aku mengira semuanya berjalan baik-baik saja. Semua hal tersenyum padaku. Tak ada keraguan sedikitpun aku merasa tidak aman—apa pun sebabnya.
Tetapi ketika ku sadari aku mencintai seseorang—secara diam-diam. Aku baru tahu itu menyakitkan. Karena selama ini aku merasa tidak pernah memiliki perasaan istimewa apa pun, kepada siapa pun. Well, setidaknya aku mengira seperti itu, sampai aku menyadari hal itu salah. SALAH BESAR. Dengan huruf-huruf kapital raksasa.
Dan saat aku menyadari aku tak pernah merencanakan siasat apa pun untuk mendapatkannya, aku semakin merasa sakit. Karena aku telah terlanjur memberikan kesempatan terlalu besar kepada semua orang untuk meminta dan mencuri hatinya. Aku terlambat. Aku tahu aku terlambat. Sangat.
Aku bahkan telah dengan terang-terangan mendukung teman dekatku untuk mendapatkan dia—ya, dia yang aku cintai. Aku memberi semangat dan dukungan tinggi kepada kawanku. Tanpa tahu bahwa akhirnya aku menderita perasaan yang sama. Terserang penyakit cinta.
Ironisnya,
Semakin ku pendam, semakin aku menyayanginya. Dan semakin aku menyadari hal itu.
Aku merasa bodoh, jatuh cinta kepada seseorang yang terlalu tinggi untukku. Ditambah dengan kenyataan bahwa ia dicintai dan dipuja semua orang. Aku hanyalah salah satu dari yang jatuh cinta secara bodoh padanya. Aku sadar aku tak memiliki kesempatan apa pun.
Dia tersenyum padaku, bukan karena dia menyukaiku. Tapi karena ia memang ramah. Oleh sebab itu ia disukai semua orang. Maka aku tidak boleh berharap terlalu lebih. Tidak boleh. Itu hanya membuatku semakin terlihat bodoh... Dan sakit. Aku tahu itu.
Tapi, seandainya aku bisa merencanakan menghentikan perasaanku sekalipun, bagaimana caranya?
Menerusakan mencintainya atau pun tidak, sama-sama menjerumuskanku pada kesengsaraan dari sebuah cinta.
Aku telah berbuat salah dengan jatuh cinta padanya. Aku hanya akan melukai diriku sendiri. Dan tak ada orang yang bisa menolongku. Karena hanya dia yang ku inginkan.
*
Tapi aku merasa bukan salahku jika seseorang jatuh hati pada orang lain, begitu pun yang terjadi padaku. Aku hanya bernasib malang saja dengan ditakdirkan mencintainya. Bukan salah orang itu pula jika ia memiliki begitu banyak orang yang menyukai, atau bahkan mencintainya. Karena dia memang pantas untuk hak hal itu. Dia memiliki segalanya. Wajah, postur, otak, uang, perilaku, dan tutur katanya yang sangat indah.
Aku merasa sebaiknya aku buang jauh-jauh saja perasaan itu, walau tak tahu caranya. Demi sahabatku.
Tapi, apa pun yang aku lakukan, membuang atau pun memelihara perasaan istimewa itu, kata cinta itu tetap terus tumbuh sumbur dengan sendirinya. Tiada bisa ku cegah. Bahkan terus hadir rasa ingin memiliki, bukan menyerahkan!
Aku ingin menjauhkannya dari sahabatku, dari semua orang yang jatuh hati padanya. Aku mulai berpikir egois. Tapi cinta memang seperti itu.
Setiap saat aku diliputi perasaan cemas ia akan jatuh cinta dengan seseorang. Atau sedang memutuskan salah satu pengggemarnya menjadi pasangannya. Dan dia bahkan tak tahu bahwa aku adalah penggemar rahasianya. Sangat rahasia. Dia hanya tahu bahwa aku memiliki seorang sahabat yang mencintainya dan aku selalu berusaha menjodohkan mereka. Ya, tapi itu dulu. Sebelum aku terjerat cintanya.
"Aku mencintaimu," ucapku padanya. Dalam keheningan mimpi.


Kamis, September 13, 2012

Talk About Talking About Friendship


A friend is sweet when it’s new
It is sweeter when it’s true
But you know that,
It is sweetest when it’s you!

If someone asks me what is friendship?
I would sit next to you,
Pull you close to me,
Put my arms around you and say proudly,
“This is Friendship”

I have many friendships. But only one who is true.
I have many friends, but only 3 ones who are true.

For me friendship is a relation that keep you spirit and happy, take care each other whenever and wherever. Always be there for each other. And no need requirement and strings attached. But I have a requirement to make the real friendship with me: it has to be true. Just that, at all. It’s so much better and so much true than dating.

Ada beragam jenis manusia dan teman. Ada yang pendiam tapi perhatian, ada yang temperamen tapi tulus berteman, ada yang sombong dan keras kepala, ada yang periang, dan lain-lain. Jika ada teman yang tidak jujur terhadapmu atau bahkan menjerumuskanmu diam-diam, mereka itu jauh lebih berbahaya daripada musuh yang memakimu terang-terangan. Musuh dalam selimut. Secret adversary.

Berdasarkan pengalamanku—dan tentu dialami banyak orang—ada banyak cara untuk memelihara persahabatan sejati, salah satu yang utama adalah komunikasi. Ini bukan masalah jika sahabatmu adalah teman sekelas, tetangga, saudara, atau pun rekan kerja yang selalu kau temui setiap hari. Tapi jika sahabatmu tidak tinggal di sekitarmu atau jarang bisa kau temui, maka bila ditambah dengan tanpa komunikasi, sang sahabat tersebut akan terasa tak ada, bahkan membingungkanmu dengan kedudukannya yang tanpa fungsi. Terutama bila tingkat komunikasi rendah dan tidak konstan. Padahal melalui komunikasi yang intens atau sering, kita dapat saling mengabari, bercerita, sekadar menyapa, dan bahkan saling memberi semangat dan dukungan satu sama lain. Komunikasi menciptakan kedekatan yang dalam walau persahabatan terpisah jarak dan waktu. Juga bisa mencurahkan rindu walau jarang bertemu. Komunikasi. Interaksi. Sangat mudah untuk dijalin di zaman ini. Bagiku tak ada alasan terlalu sibuk untuk sekadar menanyakan apa kabar lewat pesan singkat, karena justru berbicara kepada sahabatlah yang membuatku tetap bersemangat dan good mood atas kesibukan, rutinitas, dan usahaku meraih cita-cita dalam hidupku.

Tanpa interaksi apa-apa, sulit dideteksi bagaimana pendapat dan perasaan seorang sahabat terhadapmu. Apakah dia menyayangiku? Apakah dia benar-benar temanku? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sering menghantuiku setiap kali kurindukan sahabatku, kupikirkan dia, dan kulihat betapa semua orang bercengkrama dan tertawa dengan teman terdekat, karib dan tak terpisahkan. Seandainya dia tahu aku sungguh tulus. Seandainya dia tahu betapa berharganya sapaanya yang ala kadarnya. Seandainya dia tahu bahwa dia adalah salah satu komponen penting hidupku. Seandainya aku tahu apa yang ada di hati dan pikirannya yang sebenarnya.

Tapi aku tak perlu gundah. Setidaknya sejak kutemukan dan kusadari bahwa selama ini aku telah memiliki sahabat-sahabat lain. Aku hanya tak menyadarinya karena aku terlalu sibuk memikirkan sahabat lamaku itu. Walau begitu, dia tak akan kehilangan posisi penting dalam hidupku begitu saja dan selamanya. Dia akan selalu ada dan menjadi kenangan indah buatku. Biarkanlah saja bila ada seseorang pergi dari hidupmu. Itu tidak berarti mereka adalah orang yang jahat. Itu hanya berarti bahwa kisahnya dalam hidupmu telah berakhir. Dalam hidup, kita tak pernah kehilangan teman, kita hanya mengetahui siapa yang sungguh menjadi teman sejati. Lihatlah saja waktu berjalan.

Tiga orang sahabat berwujud manusia yang aku miliki sekarang adalah tiga orang aneh yang aku pun tak menyangka akan berteman akrab dengan mereka :D . Sungguh tak terduga :O . Mereka adalah dua orang gadis SMA yang cerdas, dan satu lagi adalah seorang anak cowok yang juga cerdas tapi sangat usil -_-

Gadis pertama adalah seseorang yang senang tertawa, tawanya selalu tergelak, berisik, dan tak terbendung. Dia pintar dan baik hati. Tipe anak sekolahan yang taat dan patuh pada segala peraturan :D . Tapi dia itu kepala batu :D dan sering kali berlebihan dalam menghadapi dan mengekspresikan ketakutan dan kekhawatiranya. Padahal gugur dalam ulangan pelajaran eksak bukanlah akhir dari segalanya. Planet bumi tak meletus. Dan tak perlu fobia pula terhadap gurunya. Apalagi dia itu termasuk murid yang berotak cemerlang. Rajin pula! Tidak seperti aku yang kadang terlalu santai :P . Tapi yang jelas dia itu baik hati J Alasan pertamaku dulu mau berteman dekat dengannya adalah karena dia begitu ceria, segar, periang, penuh semangat hidup.

Gadis kedua adalah seseorang yang sangat tidak peka terhadap lingkungan :D Dia tak pernah tahu apa yang telah dan sedang terjadi di lingkungan pribadinya. Dia tak pernah tahu seorang teman sekelasnya jadian dengan teman lainnya yang juga satu kelas dengannya. Dia tak pernah tahu siapa bermusuhan dengan siapa. Atau apakah temannya sedang bersedih, bahagia, gelisah, dan sebagainya! -_- Untung saja dia jadi anak IPA, bukan IPS :D Tapi sebetulnya bukan karena dia tak peduli, melainkan karena dia sangat tidak  peka :D Dia juga cerdas, baik hati, dan tidak sombong. Tak pernah kepikiran untuk melanggar peraturan—sangat membosankan—semacam dengan gadis pertama pada paragraf di atas :D

Dan yang terakhir adalah an always smiling guy. J. Dia lucu dan sering kali membuatku tersenyum dan tertawa bahkan ketika aku gelisah atau sedih. Dia sangat unik, usil, dan hobi menggangguku. Dia bahagia apabila aku jengkel karena ulahnya -_- Tapi yang paling melekat tentangnya adalah bahwa dia selalu tersenyum. Entah bagaimana caranya :D Dasar aneh :D Yang jelas dia selalu ada untukku dan sering kali berniat berbicara padaku tapi tanpa topik :D ‘Jadi, mau membicarakan apa?’ ‘Aku juga tidak tahu, aku hanya ingin berbicara padamu.’ Begitulah jawabnya. :D

Aku bahagia mereka bertiga menjadi sahabatku karena mereka menerimaku apa adanya, tulus, tanpa syarat apa pun. Tak peduli aku bodoh, jelek, miskin, atau apa pun. Dan kulakukan hal yang sama pada mereka. Mereka sangat lucu. Mereka berharga. Mereka adalah bagian dari hidupku. Pemberi semangat dan dukungan dan do’a yang selalu berguna. Aku bahagia bila bersama mereka, atau pun hanya sekadar kontak lewat sms. Thank’s for being my best bud J Aishiteru… 

Jumat, Agustus 17, 2012

Di Pelataran Kasih Sayang


Setiap ucap, Ibu
Menyihir
Segala resah masalah
Menjadi senyum merekah

                   Peluhmu, berupa mutiara kilau surga
                   Air matamu, bagai kristal pelita
                   Dan laksana bara api
Bila aku menghujatmu

Engkau mencintaiku
Seakan anak terberharga
Sedunia
Durjana aku
Membelenggu setiap waktumu
Dan memberontak petuahmu
Tapi engkau tetap mengangkatku
Ke dalam pelukan hangat
Memuliakan
Seolah aku Sang Raja
Dan mempersembahkan segala apa pun


Sementara aku masih memerintahmu,
Ibu,
Telunjuk ini masih menari menyuruh
Aku memebuatmu merintih pilu
Menahan desah luka
Yang aku seret ke relungmu

          Tanpamu, hidupku hampa…
          Menatap harapan kosong
          Tanpa ridhomu,
          Apalah jadinya aku???

Aku merindu kasih sayangmu
Buaianmu nan lembut
Menyentuh hati kecilku
yang masih membatu

                   Maafkanlah aku…
                   Jadikanlah Ibuku,
                   Sesososk bidadari Firdaus, Ya Allah
                   Hadiahi pengorbanannya
                   dengan surga-Mu
Walau ia bertutur,
Aku, hadiah terindah baginya…

Kamis, Agustus 16, 2012

Kisah


Ketika cinta tak berbalas
Ketika cinta tak bermakna
Aku hanya tertawa

Saat kau pergi—kata yang kusegani,
mengandung makna yang dalam, dan kelam
dan selalu berkesan, akan selamanya kehilangan

Tanpa menggumamkan kata kepergian
Tanpa memperlambat kayuh tungkaimu
Tanpa menolehkan lagi kepalamu yang agung

Hanya bisikan sang angin yang memberitahuku
Kau pergi
Daun-daun coklat dan merah
beterbangan menyertai kepergianmu
Cairan bening itu mengaburkan pandanganku
Aku tak bisa melihat lagi isi hatimu
Ku hanya mampu menatap punggungmu
yang semakin menjauh

Lose One's Heart



Show me how to weep
Show me how to savor the woe
Show me how to dive in the sorrow ocean
And sinking in the tears
Show me how to kill myself
Show me how to slashing this heart—the cluttered wounded heart
Show me how to end this affliction!!!

Will these tears dry up
Because of the misery grievous that it face?
Will the time stopped
Because of the blithe moments that frozen,
And never come back again?

Make me vanish
Make me unseen
Just make me lost!
Send me to a destination unknown
Do not hold me in your arm
Do not touch me in my heart

I just want you
to accompany me to pass this nightmares
And introduce me to love
Just show me the real world…

Karena Aku Masih Di Sini


Karena aku masih di sini
Aku akan selalu ada untukmu
Janganlah kau berkata rindu
Itu memberatkanku
Karena aku akan selalu berusaha untuk ada untukmu
Ada, untukmu
Ada, untukmu
Menjadi sandaranmu
Menjadi sahabatmu
Tempat kau bisa berbagi
Bersamaku
Karena aku masih di sini

Dan selamanya begitu

Tak pelak terasa sakit
Bukan pertama kali aku menerima
Terluka dalam hati yang tersembunyi
Aku masih merindukanmu

Aku masih merindukanmu


Bila kapan kita bertemu
Takkan lagi aku biarkan kau menangis
Takkan kuizinkan bulir air mata luka menetes
Aku ada untuk melindungimu
Aku menyayangimu
Jantung hatiku

Seperti sebuah ucap senyum terulur kepadaku
Mengundang untuk bersamamu
Memperbaiki yang seharusnya telah usai
Menjadikan sesuatu yang biasa kau rindukan

Pelik terasa menghujam
Semakin dalam, ke arah yang salah
Kau akan selalu menjadi indah di dalamnya
Dalam, dan terengkuh
Dan selamanya begitu
Kau tak pernah sendiri
Karena aku masih di sini

Aku masih di sini [ ]